Page 35 - Binder WO 105 (2)
P. 35
MENJAGA HATI MENJAGA DIRI ingin para filmmaker Tanah Air makin berkembang dan
Di kediamannya yang asri, Christine juga berkisah terus berkarya menghasilkan film-film terbaik serta
tentang persoalan yang dihadapinya sebagai seorang membangkitkan kembali produksi film Indonesia.
aktris. Ketika memulai misalnya, banyak orang “Perfilman Indonesia saat ini sebetulnya secara kualitas
mencemooh keputusannya menjadi seorang bintang teknis sudah mampu mencapai standar internasional,
film. Namun dia bersyukur memiliki orang-orang harapan saya dan saya juga yakin dengan pasar dan
terdekat yang selalu suportif terhadap pilihannya, jumlah penduduk yang besar kita bisa menjadi tuan
seperti sang ibu. di negeri sendiri pada industri ini,” katanya dalam
Berganti peran dan mendalami karakter juga konferensi pers program The Journey of Christine
memberikan kesulitan tersendiri. Contohnya pada Hakim di Jakarta beberapa waktu lalu.
film Tjoet Nyak Dhien yang menghabiskan waktu Tak pelit ilmu, Christine pun seringkali memberikan
tiga tahun dalam pembuatannya, mulai dari riset saran-saran kepada para pemain maupun sineas muda
sampai proses syuting. Butuh waktu tiga tahun lagi yang bertanya kepadanya maupun dalam berbagai
sampai Christine mampu bicara tentang film tersebut talkshow. Baru-baru ini dia bahkan membuka Acting
tanpa menangis dan menyadari bahwa dia bukanlah Masterclass yang menjadi bagian dari Jakarta Film
pahlawan kelahiran Negeri Rencong itu. “Karena sulit Week 2023 sebagai wadah berbagi pengetahuan dan
sekali untuk keluar dari emosi Cut Nyak Dien, saya pengalaman kariernya dengan para pendatang baru di
memutuskan tinggal di Ubud selama tiga bulan untuk industri. Diadakan berkolaborasi dengan The Journey
belajar tari Bali. Kejadian yang sama terulang saat saya of Christine Hakim dalam rangka memperingati 50
selesai memerankan Dokter Pertiwi di film ‘seri ‘The Tahun Berkarya.
Last of Us’. Waktu itu saya belajar tari topeng Cirebon Kepeduliannya pada dunia pendidikan bahkan
untuk melepaskan diri dari karakter yang terlalu telah dimulai sejak gempa bumi dan tsunami di
melekat sebelum menerima tawaran untuk bermain di Samudra Hindia pada 2004. Christine pun terlibat
film selanjutnya,” akunya. dalam berbagai misi kemanusiaan ke Aceh yang
Lagi-lagi dia mengucap syukur, karena dikelilingi kemudian mendorongnya mendirikan Christine
orang-orang baik hati yang mau berbagi ilmu dan Hakim Foundation. Yayasan ini dibangun untuk
menjadikan dirinya seperti saat ini. Seperti Slamet mempromosikan pendidikan publik tentang autisme
Rahardjo yang mengajarkan bagaimana untuk serta mendesak pemerintah menghilangkan
mendalami sebuah karakter, mencari jiwa atau kesalahpahaman tentang anak berkebutuhan khusus.
roh dari karakter-karakter yang harus diperankan. Menurutnya berbagi tidak cukup hanya dengan uang,
“Dari film ‘Perempuan Tanah Jahanam’ saya menjadi tapi bagaimana membuat masyarakat peduli terhadap
manusia yang lebih jahat daripada iblis. Itu menjadi isu sosial, termasuk disabilitas. Berkat kepeduliannya
peringatan buat saya sebagai manusia untuk selalu pada kesejahteraan anak dan pendidikan, sejak
menjaga kejernihan hati dan akal sehat serta logika 2008 Christine diangkat menjadi duta jasa-jasa
berpikir saya, kalau saya tidak mau menjadi manusia baik Indonesia untuk UNESCO, untuk isu soal
iblis pula. Kalau saya tidak mau menjadi manusia pendidikan dan guru. Posisi ini digunakannya untuk
yang berperilaku seperti zombi. Jadi banyak sekali mempromosikan pendidikan, mendorong reformasi
pembelajaran hidup, dari para produser, dari sutradara, pendidikan di Indonesia, serta mendukung program
dari kru, dari sesama lawan main, ada banyak yang bantuan bencana di kawasan Asia Tenggara.
berkontribusi membentuk saya menjadi saya yang “Saya selalu bersyukur kepada Tuhan atas
sekarang,” jelas Christine. perjalanan hidup saya, terutama 50 tahun dalam
industri perfilman. Bukan hanya sebagai aktris, tetapi
KESEMPATAN UNTUK BERBAGI juga sebagai insan manusia. Saya merasa sangat
Berbagi kepada generasi muda menjadi salah satu diberkati dan dibimbing oleh Tuhan Yang Maha Esa,”
tujuan Christine mendirikan rumah produksinya. Dia pungkasnya kepada Women's Obsession.
34 | | 35