Page 67 - Binder MO 244 (5)
P. 67
Gaya pemanggungan lenong juga
membuat panggung pertunjukan
menjadi lebih penuh dengan kejenakaan.
Dengan kejenakaan itulah, segala intrik,
konflik, dan suasana permusuhan bisa
ditampilkan secara penuh humor,
dengan sindirian isu-isu politik yang
dikemas dengan menarik. Peristiwa demi
peristiwa yang menandai perseteruan,
dikemas dengan gaya humor.
Agus Noor, penulis dan direktur
artistik Indonesia Kita, mengungkapkan,
Lenong adalah seni pemanggungan
yang akrab. Di pertunjukan-pertunjukan
lenong tradisional, para penonton
bahkan bisa memberikan komentar dan
berkomunikasi langsung dengan para
pemain. Celetukan-celetukan spontan
antara pemain dan penonton yang
terjadi di pementasan lenong inilah yang
membuat seni lenong bisa dikatakan
sangat demokratis.
“Inilah yang ingin kita tampilkan
di pertunjukan ini. Judulnya memang
terkesan tegang, Musuh Bebuyutan.
Namun, inilah inti pertunjukan kali ini.
Kami berharap, perbedaan pendapat itu
tidak harus dijadikan permusuhan. Jadi,
pertunjukan ini bisa dikatakan persiapan
dan upaya mengingatkan penonton
Indonesia Kita, supaya perbedaan pilihan
yang akan terjadi di tahun depan nanti,
harus tetap dijalani dengan santai, seru,
guyon, dan jangan terlalu serius,” Agus
Noor memaparkan.
Sejalan dengan pesan Agus Noor
lewat naskah yang ditulisnya ini, pendiri
Indonesia Kita yang juga tampil sebagai
aktor utama, Butet Kartaredjasa juga
menyampaikan harapannya, yaitu
melalui pertunjukan seni, masyarakat
Indonesia bisa lebih tenang dan kalem
menghadapi pesta demokrasi yang akan
terjadi dalam beberapa bulan lagi.
Negara ini, sambung Butet, tak “Saya berharap pertunjukan ini, bisa saudara sendiri hanya karena perbedaan
ubahnya perkampungan dalam mengingatkan masyarakat bahwa proses politik. Kita menikmati saja pertunjukan
pertunjukan lenong. Ada yang tampil di demokrasi kita seperti pertunjukan demokrasi nanti,” pungkas Butet.
atas panggung, menyajikan sandiwara, lenong. Publik bisa memberikan Selain Butet, sederet nama tersohor
dan penonton bisa mengomentari pendapat, namun tetap saja para aktor di juga ikut meramaikan lakon ini, antara
penampilan mereka. Namun seperti atas panggung akan mengikuti jalannya lain Cak Lontong, Akbar, Happy Salma,
biasa, apa pun komentar penonton, skenario. Untuk itu, kita tidak perlu Inaya Wahid, Bonita, Yu Ningsih,
para pemain terus melanjutkan sampai harus berseteru, bermusuhan, Marwoto, Susilo Nugroho, Wisben, Joned,
peran-perannya. dan saling benci bahkan dengan dan Joind Bayuwinanda. ■
| 67