Page 66 - Binder MO 224
P. 66
■ ART & PERFORMANCE
Emiria Soenassa
IBU SENIRUPA INDONESIA YANG DILUPAKAN SEJARAH
Naskah: Gia Putri Foto: Dok. Titimangsa
IA ADALAH TOKOH DENGAN SUMBANGSIH itimangsa dan KawanKawan Media bekerja
BESAR KEPADA BANGSA INDONESIA, TETAPI sama dengan Direktorat Perfilman, Musik
dan Media Kemendikbudristek menggelar
TIDAK TERCATAT DALAM SEJARAH ARUS UTAMA. T pertunjukan Di Tepi Sejarah untuk musim
kedua. YANG TERTINGGAL DI JAKARTA merupakan
pertunjukan kelima yang digelar di Teater Kecil
Taman Ismail Marzuki - Jakarta, beberapa waktu lalu.
Pentas ini berkisah tentang Emiria Soenassa,
perempuan pelukis pertama di Indonesia, yang
hidup di tahun 1895-1964. Ia baru mulai melukis
saat telah berusia 45 tahun, tetapi sangat produktif
dalam menghasilkan karya. Ia bergabung dalam
organisasi Persatuan Ahli Gambar Indonesia
(PERSAGI) yang mana kebanyakan anggotanya
adalah laki-laki, dengan usia yang jauh lebih muda
darinya. Ia mengikuti berbagai pameran lukis dan
memenangkan beberapa penghargaan.
Selain melukis, Emiria juga dikenal sebagai
seorang pemikir revolusioner. Tahun 1949, ia menjadi
salah satu delegasi yang menghadiri Konferensi
Meja Bundar di Den Haag, Belanda. Sebelum aktif
menjadi pelukis, Emiria sempat menjadi perawat
dan kepala perkebunan. Dalam majalah Perintis
yang terbit tahun 1951, Usmar Ismail, tokoh perfilman
Indonesia, menyebut Emiria sebagai perintis dan
mendudukkannya sejajar dengan Chairil Anwar
dan Kartini. Bukan hanya perintis dalam seni lukis
Indonesia, tetapi ia juga disebut sebagai juru
rawat maupun kepala perkebunan pertama yang
berkebangsaan Indonesia.
66 |