Page 67 - Binder MO 224
P. 67
Heidi Arbuckle yang membuat
penelitian khusus tentang Emiria untuk
tesis doktoralnya, menggambarkan
bahwa lukisan-lukisan Emiria
merepresentasikan penolakan
terhadap pandangan maskulin. Emiria
tidak melukis perempuan sebagai
gambaran atau obyek yang indah dan
enak dipandang, tetapi fokus kepada
persoalan yang dihidupi perempuan,
seperti himpitan akan budaya patriarki,
keterasingan, maupun kemerdekaan
akan tubuhnya sendiri. Persoalan-
persoalan yang masih terus dihadapi
dan diperjuangkan kaum perempuan di
zaman ini.
Emiria sendiri adalah sosok yang
misterius, mitos yang hidup. Tidak
banyak orang yang tahu pasti tentang
kehidupannya. Ia kerap menghilang
dalam beberapa tahun hidupnya, dan
tidak ada yang tahu pasti ke mana ia
pergi, atau apa agenda politik yang ia
usung. Beberapa sumber tentangnya
kadang bertolak belakang dan sulit
untuk diverifikasi. Namanya bahkan
dicoret dari keanggotaan Persagi.
Hal tersebut menjadi tantangan
bagi tim Titimangsa untuk mengangkat
sosok Emiria dalam salah satu episode
pertunjukan Di Tepi Sejarah. Ia adalah
tokoh dengan sumbangsih besar kepada
bangsa Indonesia, tetapi tidak tercatat
dalam sejarah arus utama. Naskah Ia perempuan yang penuh kejutan dan yang dihadapi Dira Sugandi dalam
pentas Yang Tertinggal Di Jakarta misterius. Idenya kerap melampaui memerankan Emiria, ia memaparkan,
ditulis oleh Felix K. Nesi, sastrawan cara pandang kebanyakan orang dari “Yang paling signifikan bagaimana
Indonesia asal Nusa Tenggara Timur zamannya.” Felix berharap pementasan menciptakan suara, karena tone suara
yang memenangkan sayembara Dewan ini akan memotivasi orang untuk dari Emiria yang jauh berbeda dengan
Kesenian Jakarta 2018 untuk novel meneliti dan menuliskan lebih lengkap suara saya. Emiria itu tone-nya lebih
bertajuk “Orang-Orang Oetimu”. tentang kehidupan Emiria Soenassa. rendah, lebih berat. Ada adegan yang
Dalam proses penulisan naskah Sosok Emiria sendiri diperankan sangat berkesan, ketika saya melakukan
pentas, Felix menuturkan, ia oleh Dira Sugandi yang dikenal sebagai sebuah tarian yang mengekspresikan
membutuhkan waktu yang cukup salah satu penyanyi Jazz Indonesia. Ia emosi Emiria, bagaimana dia ingin
panjang untuk memahami perjalanan mengaku pernah tiga kali berakting menumpahkan dirinya ke atas kanvas.
hidup maupun cara berpikir. “Sumber- di pentas teater musikal, tetapi Saya belum pernah punya pengalaman
sumber tentang kehidupannya sangat memerankan Emiria merupakan pentas untuk melakukan adegan seperti itu,”
kurang dan kerap bertolak belakang monolog pertama baginya. tutupnya.
satu sama lain. Saya menghubungi “Emiria itu karakternya sangat kuat, Pementasan yang diproduseri
sejarawan dan beberapa orang yang pengalaman hidupnya luar biasa dan oleh Happy Salma, Yulia Evina Bhara,
pernah menulis atau mengenal Emiria. idealis sekali. Untuk seorang perempuan dan Pradetya Novitri ini juga dapat
Saya juga mencari koleksi lukisannya dan yang hidup di masa itu, pemikiran- disaksikan secara daring di saluran
mencoba menangkap apa yang ia lihat, pemikiran Emiria, sangat maju. Ia bukan Kemendikbudristek RI, yakni kanal
tapi tampaknya tidak ada yang benar- perempuan yang mudah menyerah,” Youtube “Budaya Saya” dan di saluran
benar mengenal dan memahami Emiria. ujarnya. Ketika ditanya tantangan apa televisi “Indonesiana TV”. ■
| 67