Page 71 - Binder MO 224 EDSUS
P. 71
fenomena yang berbeda-beda, hari-
harinya pun lebih banyak dihabiskan
untuk bermusik.
Selain Lukman, putra sulungnya,
Akiva Dishan Ranu Sardi juga turut
tampil di pertunjukan keempat serial
monolog "Di Tepi Sejarah" musim ke dua
ini sebagai Ismail Marzuki kecil.
Ditulis bersama oleh Putu Fajar
Arcana dan Agus Noor, naskah "Ismail
Marzuki: Senandung di Ujung Revolusi"
mengisahkan momen-momen
perjalanan hidup dan kreativitas Ismail
Marzuki. Ia tak pernah memanggul
bedil, apalagi terlibat perang fisik
melawan penjajah. Sejak berusia sangat
muda, ia memilih memeluk musik
sebagai jalannya untuk turut berjuang
mempertahankan kemerdekaan.
Agus Noor yang juga menyutradarai
pentas ini menyampaikan, keping-
keping narasi yang mengikuti proses
kreatif dalam lagu-lagu itu dijahit satu
per satu untuk membentuk sosok
Ismail yang berperan besar dalam
kancah revolusi Indonesia. Ismail
ibarat terus menerus bersenandung
untuk mengantarkan Indonesia
menuju rel yang benar dalam mengisi
kemerdekaan.
Lagu-lagunya hadir di ujung revolusi,
justru untuk menandai Indonesia
sedang memasuki era baru sebagai
bangsa yang berdaulat. Karena jasanya
itu, pemerintah Indonesia memberinya
gelar pahlawan nasional tahun 2004.
Sementara alasan memilih Lukman
memerankan Ismail, Agus menuturkan,
aktor tersebut mengalir darah seni dari
ayahnya, maestro biola Idris Sardi. “Aktor
yang bisa bermain biola, ya Lukman,”
tegasnya.
“Ismail Marzuki: Senandung di
Ujung Revolusi” adalah persembahan
Titimangsa dan KawanKawan Media
bekerja sama dengan Direktorat
Perfilman, Musik dan Media
Kemendikbudristek. Nantinya, akan
ditayangkan secara daring pada Agustus
2022 di Saluran Kemendikbudristek RI,
yakni kanal Youtube “Budaya Saya” dan
saluran televisi “Indonesiana TV”. n
| 71