Page 28 - Binder WO 125-002-Tahun ke-11
P. 28
WOMENS
STORY
Semangat tersebut juga tercermin dalam gerakannya regulasi, melainkan sesuatu yang harus terasa dalam
mendirikan INCA (Innovation Catalyst), wadah inovasi keseharian. “Saya ingin pendidikan inklusif tidak lagi
sosial dan teknologi yang berangkat dari filosofi hidup dianggap sebagai alternatif. Semua anak berhak tumbuh
yang dia pegang teguh, yakni “The power of mind”. Prinsip dan belajar dalam sistem yang menerima mereka apa
ini pun dia jadikan kompas saat harus menghadapi jalan adanya. Karena setiap anak adalah aset,
terjal sebagai pemimpin muda. Banyak yang menganggap bukan beban,” ujarnya.
dirinya terlalu muda untuk memimpin, atau terlalu Salah satu inisiatif YIPB yang berdampak langsung
idealis dengan visi yang dibawa. Hal ini terutama muncul adalah Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini
karena usia yang masih muda dan kombinasi profesi yang menyediakan makanan sehat secara rutin untuk murid dan
dianggap tidak biasa. guru di beberapa Sekolah Luar Biasa (SLB) di Tangerang
“Saya pernah dianggap terlalu idealis, terlalu muda, Raya. Program ini melibatkan kolaborasi dengan OVO, Grab
atau bahkan terlalu lembut. Tapi saya percaya, saat kita Indonesia, dan pelaku UMKM lokal, menciptakan model
yakin pada diri sendiri meskipun dunia belum yakin, kolaborasi yang saling menguatkan dan mendukung
tindakan kita akan menyusul keyakinan itu,” katanya tegas. komunitas sekitar.
Filosofi hidupnya juga terinspirasi dari pepatah Cheng “Kami ingin memperluas jangkauan program ini,
Yu yang dia sangat hafal betul, yang berbunyi “Tian Cong baik di Pulau Jawa maupun ke daerah-daerah terpencil.
Ren Yuan”, bahwa keberhasilan adalah kombinasi antara Namun harapan besar kami adalah menjadi pemantik
takdir langit dan usaha manusia. Di titik ini, Cahaya tidak dan menginspirasi teman-teman pengusaha lainnya
lagi sebatas memimpin lembaga atau bisnis. Dia sedang untuk menjalankan inisiatif serupa, setidaknya dimulai
menapaki misi jangka panjang, salah satunya menjadikan dari lingkungan sekitar kantor mereka. Sebagai inisiator,
inklusi sebagai keniscayaan, bukannya pengecualian. kami tidak hanya menjalankan program, tapi juga ingin
mengingatkan bahwa isu gizi dan inklusi sosial merupakan
MENJEMBATANI MIMPI ANAK NEGERI tanggung jawab bersama, bukan hanya sektor swasta
Kesadaran soal pentingnya pendidikan inklusif memang tetapi juga pemerintah,” ujar Cahaya Manthovani.
mulai tumbuh di Indonesia, tetapi belum benar-benar Namun, program semacam ini tak cukup bila tidak
mengakar di sistem pendidikan nasional. Banyak sekolah dibarengi perubahan cara pandang. Tantangan paling
reguler masih belum siap dari segi fasilitas, SDM, maupun nyata dalam penerapan pendidikan inklusif bukan
metode pembelajaran. “Inklusi sejati tak sebatas membuka hanya infrastruktur atau kurikulum, tetapi minimnya
pintu, tetapi menyambut dengan empati, memahami pemahaman masyarakat tentang kebutuhan anak-anak
perbedaan, dan memfasilitasi potensi,” tegas Cahaya. dengan disabilitas. “Anak-anak ini punya potensi luar
Dia menekankan bahwa inklusi tidak berhenti pada isu biasa. Sayangnya, banyak yang masih melihat mereka
disabilitas saja, melainkan juga keberagaman identitas, sebagai beban,” kata Cahaya. Oleh karena itu, YIPB memilih
ekonomi, hingga budaya. pendekatan dialogis yang melibatkan orang tua, guru, dan
Melalui Yayasan Inklusi Pelita Bangsa (YIPB), Cahaya komunitas lokal, tak hanya memberikan bantuan satu arah.
membuka jalan bagi pendidikan yang memanusiakan. Model yang dibangun YIPB juga tak lepas dari prinsip
Dia tidak sekadar menjadi pendiri, tetapi juga penggerak kemitraan. Mereka menggandeng berbagai pihak, mulai
utama yang terlibat langsung di lapangan. Baginya, inklusi dari pelaku usaha hingga lembaga pendidikan. Kolaborasi
bukan konsep yang eksklusif untuk diskusi seminar atau ini dirancang untuk menciptakan sistem yang bisa
28 |
26/05/25 17.18
24-31 womens story 125-rev.indd 28 26/05/25 17.18
24-31 womens story 125-rev.indd 28