Page 53 - Binder WO 124-001-Tahun ke-11 (1)
P. 53
Di bawah arahan sutradara Sri Qadariatin, pementasan Surat-surat yang dibacakan diambil dari dua buku
dibuka dengan prolog oleh Ratna Riantiarno yang penting, yakni “Panggil Aku Kartini Saja” karya Pramoedya
membawa penonton pada latar sejarah penyusunan Ananta Toer dan Kartini: Kumpulan Surat-surat 1899–1904
surat-surat Kartini. Dilanjutkan dengan pembacaan oleh terbitan Pustaka Obor. Lewat korespondensinya dengan
para aktor yang mengangkat berbagai tema dari surat- tokoh-tokoh seperti Estelle Zeehandelaar dan pasangan
surat Kartini, dari isu pendidikan, ketimpangan norma Abendanon, Kartini menunjukkan kecerdasan, keberanian,
sosial, hingga kritik terhadap ketimpangan ekonomi dan dan kerinduan akan kebebasan dan keadilan.
persoalan lingkungan hidup. “Membaca surat-surat Kartini tak hanya menyelami
Christine Hakim dan Marsha Timothy, misalnya, sejarah, tetapi menapaki ruang batin seorang perempuan
mengangkat pentingnya pendidikan sebagai pintu yang berani bermimpi dan berpikir melampaui batas-
perubahan. Sementara Chelsea Islan, Cinta Laura, Lutesha, batas zamannya. Merayakan Kartini adalah merayakan
dan Bagus Ade Putra membawakan surat-surat yang bicara keberanian untuk mengenal diri dan menyuarakan
tentang kebebasan dan harga diri perempuan. Tak kalah nurani. Kartini telah membuktikan bahwa suara seorang
kuat, Reza Rahadian dan Maudy Ayunda menyuarakan perempuan, ketika jujur pada pikirannya dan setia pada
pandangan Kartini tentang keadilan sosial dan kepedulian hatinya, memiliki kekuatan untuk mengubah arah sejarah,”
terhadap lingkungan. Pementasan ditutup dengan epilog kata Happy Salma, pendiri Titimangsa.
reflektif oleh Happy Salma yang menjadi penanda bahwa Bersamaan dengan pementasan ini, turut menjadi
suara Kartini masih relevan hari ini. bagian dari pembukaan pameran SUNTING: Jejak Perempuan
“Melalui surat-suratnya, Kartini mengajak kita untuk Indonesia Penggerak Perubahan yang berlangsung dari 22
merasakan, merenung, dan menyuarakan kebenaran. April hingga 31 Juli 2025. Pameran ini menyoroti peran
Bukan hanya bagian dari masa lalu, tapi cahaya yang penting perempuan dalam membentuk sejarah dan
menuntun kita di masa kini dan masa depan,” ujar masyarakat, dari masa Kartini hingga era modern.
Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Melalui Terbitlah Terang, Kartini hadir bukan sebagai
Foundation. sosok yang jauh di masa lalu, tetapi sebagai suara yang
terus hidup dan menyala, mengajak kita untuk berpikir
merdeka, merasa utuh, dan bersuara jujur.
| 53
28/04/25 19.51
52-53 Art Talk kartini.indd 53 28/04/25 19.51
52-53 Art Talk kartini.indd 53