Page 71 - Binder MO 221
P. 71
i panggung musik, dengan kaum kelas bawah juga-lah Surabaya. “Panggil Aku Gombloh”
Gombloh selalu tampil yang menjadi sumber imajinasinya merupakan produksi ke-56 Titimangsa
nyentrik: berambut dalam melahirkan karya-karya berkelas. yang digelar dengan penonton terbatas
D gondrong, mengenakan Akrab dalam berbagai kisah, Gombloh, di gedung Kesenian Jakarta, beberapa
topi, dan kumis yang tak rapi. Ia seorang lokalisasi, dan klab malam bagai kekasih waktu lalu. Dalam pementasan ini,
bohemian yang bercita-cita ingin yang saling mengisi. sosok Gombloh diperankan Wanggi
melihat Indonesia menjadi negara “Pakaian-pakaian dalam ini Hoediyatno dan disutradarai oleh Joind
maju. Ia ingin mewujudkan tatanan punya pelacur. Lokalisasi ini tempat Bayuwinanda. Joind mengaku dirinya
dunia tanpa prostitusi. Meskipun sulit, memperkaya lirik laguku. Mereka terenyuh dengan sosok Gombloh karena
setidaknya ia mengupayakan cita- banyak bercerita keinginannya untuk memiliki cita-cita untuk menghapuskan
citanya itu di Surabaya. pulang, ketemu orangtua, anak, suami semua prostitusi yang ada di Indonesia,
Lagu-lagunya berkisah tentang di desa. Mereka selalu menyebut nama bahkan di seluruh dunia. “Itu sesuatu
nasionalisme, kehidupan sosial, ironi Allah agar dimaafkan,” paparnya seraya yang absurd, tapi Gombloh mencoba.
masyarakat perkotaan, serta sisi mengeluarkan pakaian-pakaian dari Uang hasil konsernya banyak digunakan
manusiawi dari lingkungan yang disebut dalam lemari. untuk membantu keuangan pelacur
nista: prostitusi. Lagu-lagunya berbicara Salah satunya, pakaian dalam milik di Surabaya. Tindakan itu sangat
lantang, tanpa basa-basi. Dalam Lony, perempuan asal desa terpencil mengharukan,” jelasnya.
bermusik, Gombloh secara terang- di Jawa Timur. Suaminya mengidap Ia mengaku terdapat banyak
terangan mengakui ia menggadaikan penyakit TBC dan anaknya masih berusia bagian kisah menarik dari kehidupan
idealisme musiknya demi uang, demi 4 tahun. Sementara, orang tuanya Gombloh, namun seluruh cerita
keluarga, terutama ketika ia muncul adalah petani kebun kopi. “Dia terpaksa tersebut tidak dapat ditampung
dengan lagu-lagu yang komersil. Bagi pergi ke Jakarta demi mengobati dalam pertunjukan yang berdurasi
Gombloh, ia hanya manusia yang ingin suaminya. Dia pergi hanya berbekal kurang dari satu jam. Oleh sebab itu,
bermusik sejauh yang ia bisa. pakaian yang melekat di badannya. ia berusaha untuk memadatkan cerita
Meski ia meraup popularitas, tapi Tiba-tiba, ada parlente datang menemui dengan menonjolkan sisi idealisme
nuraninya memberontak. “Seniman itu Lony. Ternyata dia dijebak. Dua preman dan nasionalisme Gombloh. Dalam
nggak suka dengan karyanya sendiri. berbadan tegap tidak bisa dilawan. proses merajut cerita, ia mengatakan
Setiap seniman ingin dikenang dengan Dia akhirnya melacur. Dia hanya cerita dirinya selalu berdiskusi dan meriset
karya-karya terbaiknya. ‘Kugadaikan banyak padaku dan aku janji padanya bersama dengan penulis naskah Guruh
Cintaku’ yang terinspirasi dari 'Wonderful kalau dapat honor akan bayar dia untuk Dimas Nugraha–yang sebelumnya telah
World, Beautiful People'-nya Jimmy Cliff pulang kampung dan membuka usaha menulis buku “Gombloh: Revolusi Cinta
itu disukai banyak orang,” ungkapnya. kecil,” urainya. Meski, pada akhirnya Dari Surabaya”.
Padahal di hati kecilnya, ia lebih suka saat kembali ke kampung halaman, “Kami mengakumulasi dari semua
disebut dengan musisi nasionalisme, suami Lony telah tiada. Namun, uang peristiwa yang paling kira-kira fenomenal
bukan pop. “Gombloh yang akrab dari Gombloh dapat ia gunakan untuk untuk Gombloh. Peristiwa hidup tersebut
dengan angin malam,” ujarnya. memulai hidup baru. terbagi dalam tiga latar, yakni di rumah,
Mulanya, “Kugadaikan Cintaku” Berbekal kisah itu, Gombloh di Balai Pemuda, dan lokalisasi,” imbuh
berlirik sosial laik tembang-tembang melukiskan lirik lagu di secarik kertas salah satu sosok penting di panggung
lainnya. Namun atas permintaan Bob yang kini akrab dijuduli “Loni, Pelacur & teater Tanah Air ini.
Djumura, hanya dalam hitungan menit, Pelacurku”. Kepedulian Gombloh kepada Sebagai seniman pantomim, Wanggi
Gombloh sudah mengubahnya menjadi kaum minor yang dipinggirkan keadaan, mengaku “Panggil Aku Gombloh”
lagu bernapaskan cinta. Lagu tersebut mutlak menaklukkan gengsi “ngartis” menjadi pementasan teater pertamanya
pun meledak dan melegenda. yang jamak di dunia hiburan. Ia sama untuk kembali mengeluarkan vokal sejak
Kodrat Tuhan yang melambungkan sekali tidak peduli apa itu namanya sekitar 15 tahun terakhir. Oleh sebab itu,
Gombloh melalui keindahan nada dan eksistensi, popularitas. Ia tidak kenal olah vokal menjadi salah satu tantangan
irama serta realitas kata dan makna, nama baik, image, citra. Yang Gombloh yang ia hadapi selama berlatih.
tak lantas membuat lupa daratan. Ia pedulikan memanusiakan manusia. Tantangan lainnya adalah menyelaraskan
tetaplah Gombloh. Kesederhanaannya “Kenanglah aku sebagai pencetus visi sutradara dan asisten sutradara agar
lahir dari jiwa apa adanya, tertumpuk Revolusi Cinta dari Surabaya. Panggil aku menciptakan adegan yang mumpuni.
dari setiap scene hidup yang ia potret. Gombloh,” tandasnya. "Saya mencoba untuk merawat
Melalui syari musik, Gombloh Gombloh menutup usia pada 9 ingatan mengenai sosok Gombloh
berupaya merefleksikan kemurnian Januari 1988 karena TBC yang ia derita. mulai dari latar belakang hidup hingga
pikiran dan kejernihan serta kedalaman Ia dimakamkan di TPU Tembok Gede, pemikirannya. Pada akhirnya kita semua
batinnya ihwal realitas yang ada, ihwal Surabaya. Rasa kehilangan itu tak hanya seperti merawat karya-karyanya (seperti)
apa yang tak sempat dipikirkan dan dirasakan keluarga, tetapi juga seluruh yang tadi kita dengarkan. Ide-idenya,
dipedulikan banyak orang. Keintimannya masyarakat Indonesia, khususnya warga pemikirannya,” pungkas Wanggi. ■
| 71