Page 83 - Binder MO 211
P. 83

enurut kepercayaan masyarakat
                                                                                                 setempat, tari Guel sudah ada sejak
                                                                                                 Sengeda anak Raja Linge ke XIII
                                                                                    M bermimpi bertemu saudaranya,
                                                                                    Bener Meria, yang telah meninggal dunia. Dalam
                                                                                    mimpi tersebut, dia memberi petunjuk kepada
                                                                                    Sengeda, tentang cara untuk bisa mendapatkan
                                                                                    gajah putih. Sekaligus cara menggiring gajah
                                                                                    tersebut untuk dibawa dan dipersembahkan
                                                                                    kepada Sultan Aceh Darussalam, sebab sang putri
                                                                                    Sultan sangat ingin memilikinya. Dalam hitungan
                                                                                    tahun, apa yang terjadi di mimpi pun menjadi
                                                                                    kenyataan. Sang putri ingin memiliki gajah putih
                                                                                    yang hanya hidup di tengah hutan Gayo.
                                                                                       Sengeda kala itu menyanggupi permintaan
                                                                                    tersebut. Ketika menyusuri hutan belantara,
                                                                                    Sengeda dan rombongan membakar kemenyan
                                                                                    dan menciptakan bebunyian dengan batang
                                                                                    kayu untuk menarik perhatian gajah keluar
                                                                                    dari persembunyiannya. Tak berselang lama,
                                                                                    rombongan Sengeda bertemu dengan gajah
                                                                                    putih tersebut. Sayangnya, gajah itu sama sekali
                                                                                    tidak mau bergerak. Sengeda pun ingat akan
                                                                                    mimpi Bener Meria. Kemudian dia memerintahkan
                                                                                    rombongannya untuk menari dengan niat tulus
                                                                                    dan ikhlas. Dengan menggerakkan tangan, seperti
                                                                                    gerakan belalai gajah yang sangat indah dan
                                                                                    santun, seperti gerakan salam sesembahan kepada
                                                                                    gajah. Berkat gerakan tersebut, gajah pun mau
                                                                                    dibawa ke kediaman Sultan. Dari sanalah awal
                                                                                    mula terjadinya gerakan Tari Guel.
                                                                                       Gerakan yang tercipta begitu rupa melalui
                                                                                    gerak simbolis dan hentakan irama. Tari ini
                                                                                    terbagi menjadi empat bagian. Yakni babak Mu
                                                                                    natap, Babak II Dep, Babak III Ketibung, Babak IV
                                                                                    Cincang Nangka. Gerak dasar tari ini ialah Salam
                                                                                    Semah (Munatap), Kepur Nunguk, Sining Lintah,
                                                                                    Semer Kaleng (Sengker Kalang), dan Dah-Papan.
                                                                                    Dibawakan oleh sekelompok pria (2 hingga 4 orang)
                                                                                    dan wanita (8 hingga 10 orang). Sementara jumlah
                                                                                    penabuh biasanya minimal empat orang dengan alat
                                                                                    canang, gong, gegedem, maupun memong. Paduan
                                                                                    irama serta gerak membuat penonton seolah-olah
                                                                                    menyaksikan terjadinya pertarungan maupun upaya
                                                                                    yang terjadi antara Sengeda dan Gajah Putih. Kipasan
                                                                                    kain kerawang Gayo di punggung penari seakan
                                                                                    mengandung kekuatan yang luar biasa. Gerakan
                                                                                    demi gerakan dari bagian satu ke bagian lain selalu
                                                                                    menawarkan uluran tangan layaknya tarian sepasang
                                                                                    kekasih. Tidak ada yang menang dan kalah dalam
                                                                                    tari ini, karena persembahan gerak tersebut adalah
                                                                                    perlambang cinta tulus dan dalam. ■





                                                                                                                            |  83
   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88