Page 51 - Binder MO 267-005-Tahun ke-21
P. 51
Kini mereka melayani hingga ribuan trendi, dan relevan. Alhamdulillah, lapangan kerja baru dan terus berbenah
pesanan setiap hari dan menggandeng ZER NISA direspon sangat luar biasa. menjawab permintaan pasar.
warga sekitar untuk proses produksi. Permintaan melonjak dan kami Empat pelaku usaha ini punya latar
Bagi Ahmad, lokasi bukan batasan untuk menambah jumlah bengkel jadi lima,” berbeda, tapi satu benang merah,
berkarya. Selama punya kemauan belajar ujarnya. mereka melihat kebutuhan sederhana
dan konsisten menjaga kualitas, pelaku Aditya menyebut transisi ke kanal dan menjadikannya peluang. Mereka
usaha lokal tetap bisa bersaing. digital sebagai titik balik usahanya. memulai dari rumah, bertahan dengan
Semangat yang sama juga dimiliki “Awalnya banyak yang ragu, tapi saya konsistensi, dan bertumbuh lewat
Anita, pendiri Sambal Nagih. Meski percaya kualitas dan konsistensi adalah keberanian berinovasi. Dari dapur sempit,
tergolong baru, sambal buatannya kunci. Saat masuk ke penjualan daring, bengkel kecil, dan mimpi yang terus
mendapat respons positif dari kami menjangkau lebih luas dan pesanan dipelihara, mereka menunjukkan bahwa
pelanggan. Ia aktif menjelaskan naik hingga 90 persen dalam tiga bulan,” kekuatan UMKM ada pada kemauan
langsung soal bahan baku dan rasa tambahnya. Kini, BLIZER tak hanya untuk terus belajar, menyesuaikan diri,
melalui fitur live, bahkan menunjukkan berkembang pesat, tapi juga menciptakan dan percaya pada proses. n
proses pengemasan agar pelanggan
merasa lebih dekat. “Hal ini membangun
kepercayaan dan membuat pelanggan
merasa lebih dekat,” ujarnya.
Komitmen terhadap kualitas jadi
prinsip utama Anita. Sambal Nagih selalu
menggunakan bahan segar, dikemas
dalam toples bersegel, dibungkus rapi,
dan tampil menarik sebagai oleh-oleh.
Bahkan, ia menolak menurunkan
standar demi efisiensi. Anita ingin
menjadikan sambal sebagai simbol
keberanian anak muda melestarikan
rasa lokal secara relevan. “Untuk saya,
membangun Sambal Nagih bukan
hanya menciptakan produk, tapi
mewujudkan visi, bahwa anak muda bisa
menjaga rasa Indonesia dengan cara
yang lebih modern,” ungkapnya.
Sementara itu, dari bengkel kecil
di Bandung, Aditya Permana Hidayat
membangun BLIZER di usia 24 tahun.
Mulanya ia hanya memproduksi sandal
mules, hingga akhirnya menemukan
momentum lewat inovasi sepatu
heels bertajuk ZER NISA. “Kami ingin
menghadirkan sepatu yang nyaman,
| 51