Page 30 - Binder WO 075
P. 30
WOMEN’S
TALK
LESTARI MOERDIJAT
WAKIL KETUA MPR RI
GAUNGKAN SEMANGAT
KARTINI
Naskah: Nur Asiah Foto: Edwin Budiarso/Dokumen pribadi
“SECARA KULTURAL PEREMPUAN memegang peran untuk bisa jadi penengah maupun
MEMEGANG PERAN UNTUK penyambung,” tuturnya mengenai kemampuan sosok
perempuan di Tanah Air.
BISA JADI PENENGAH MAUPUN
PENYAMBUNG.” PERJUANGKAN ISU PEREMPUAN
Sejak pemilihan umum (Pemilu) 2004 lalu, jumlah
keterwakilan perempuan di parlemen terutama DPR RI
masih belum mencapai 30%. Padahal, Undang-Undang
No. 10/2008 tentang Pemilihan Umum (Pemilu) dan UU
ermasuk perempuan yang tidak bisa diam, No. 2/2011 tentang Perubahan UU No. 2/2008, tentang
Lestari Moerdijat yang kini diamanati Partai Politik telah mengamanatkan untuk memastikan
sebagai Wakil Ketua MPR RI periode 2019- setidaknya 30% perempuan dicalonkan dalam daftar
T 2024, telah terjun dalam berbagai organisasi anggota parlemen. Rerie yang juga menjadi anggota
sejak masa sekolah dulu. Mulai dari menjadi pengurus Komisi X DPR RI menegaskan pencapaian keterwakilan
organisasi pelajar, mahasiswa, dan juga Pramuka. perempuan tersebut di parlemen pada 2024 harus
Aktif berorganisasi membuatnya tidak gagap saat terus digaungkan. Upaya mendorong kompetensi
menjejakkan kaki dalam dunia politik yang dikenal perempuan dan konsolidasi internal partai politik
sebagai dunia maskulin. untuk meningkatkan partisipasi perempuan di bidang
Perempuan yang akrab disapa Rerie ini sering politik harus konsisten dilakukan.
kali mendorong partisipasi perempuan dalam politik Kuantitas jumlah perempuan di parlemen memang
bersama politisi perempuan lainnya. Menurutnya, mengalami peningkatan sejak Pemilu 1999. Saat
perspektif perempuan itu diperlukan dalam semua ini komposisi perempuan di DPR RI tercatat 20,5%.
hal. “Ketika mengambil keputusan atau membahas Namun, anggota Majelis Tinggi Partai NasDem ini
sesuatu, kita memerlukan berbagai perspektif, sangat menyayangkan perempuan di Tanah Air
termasuk dari kaum Hawa. Memang tidak bisa belum memiliki representasi yang siginifikan dalam
dipungkiri apalagi di dalam tatanan budaya kita, pengambilan keputusan di bidang politik. Sehingga
perempuan tidak disebut sebagai kepala keluarga. jumlah agenda yang sedang diperjuangkan para
Tapi perempuan itu didengar suaranya, misal kalau perempuan belum mampu diwujudkan. “Sering
kakak dan adik bertengkar biasanya ibulah yang kali kemampuan dan kapasitas perempuan sudah
menyelesaikan. Jadi, secara kultural perempuan memadai, tetapi karena lingkungan tidak mendukung,
30 |