Page 55 - Binder WO 074
P. 55
DUKUNG IBU DAN ANAK KORBAN COVID-19
Mengusung tajuk ‘Plaza Indonesia 31st Anniversary Virtual Charity
Concert – Pass The Mic’, Plaza Indonesia menggelar konser amal secara
virtual. Acara ini diadakan berkolaborasi bersama Mario Ginanjar, Andien,
Teza Sumendra, Iwa K, Sejauh Mata Memandang, WeCare.id, dan lain-
lain. Hasil konser ini nantinya akan diberikan untuk menangani para ibu
dan anak yang tertular Covid-19. Sementara, tujuan jangka panjangnya
adalah untuk penyempurnaan perawatan yang memadai, agar ibu dan
anak-anak cepat pulih. “Tahun ini, kami berkolaborasi bersama WeCare.
id, untuk mengampanyekan program ‘Ayo Bantu Kiara Lawan COVID-19’.
Dengan bergerak bersama kita dapat membantu mengakhiri pandemi
ini,” ujar Zamri Mamat, General Manager Marketing Plaza Indonesia.
Indah | Dok. Plaza Indonesia
DAMPAK MEDIA SOSIAL PADA ANAK PERINGATI HARI HEMOFILIA DUNIA
Neurosensum merilis hasil riset terbaru mengenai dampak Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia menggelar webinar
penggunaan media sosial pada anak. Bertema ‘Neurosensum bertajuk ‘Rofilaksis untuk Bantu Hemofili Mencapai Kualitas
Indonesia Consumers Trend 2021: Social Media Impact Hidup yang Lebih Baik’. Acara ini digelar untuk mendukung para
on Kids’, hasil yang didapatkan adalah sekitar 87% anak- pengidap Hemofilia di dunia yang memperingati Hari Hemofilia
anak di Indonesia sudah dikenalkan media sosial sebelum Sedunia pada 17 April 2021. ‘Adapting to change, sustaining
menginjak usia 13 tahun. Bahkan sebanyak 92% anak-anak care in the new world’ merupakan tema peringatan tahun ini.
dari rumah tangga berpenghasilan rendah mengenal media “Pengobatan hemofilia di Indonesia saat ini dilakukan dengan
sosial lebih dini. YouTube (78%), WhatsApp (61%), Instagram pemberian faktor pembekuan darah (faktor VIII/IX) secara infus,
(54%), Facebook (54%), dan Twitter (12%) adalah platform ketika ada perdarahan atau disebut juga on-demand, dan harus
media sosial yang paling banyak digunakan oleh anak-anak. diberikan di rumah sakit. Namun, tantangan geografis dan
“Salah satu sisi positif mereka yang bermedia sosial adalah keterbatasan fasilitas kesehatan yang masih terpusat di kota-kota
kemampuan memproduksi suatu karya di usia dini. Terlebih besar, menyulitkan pasien hemofilia atau keluarga pasien untuk
lagi semasa pandemi. Anak-anak tidak hanya mengonsumsi datang ke fasilitas kesehatan setiap kali terjadi pendarahan.
konten digital, tetapi juga semakin mahir memanfaatkan Sehingga berpotensi menyebabkan hasil perawatan yang kurang
media sosial untuk membuat konten. Meskipun aktivitas optimal. Solusi untuk tantangan ini adalah pemberian terapi
memproduksi konten ini lebih banyak dilakukan oleh anak pencegahan atau profilaksis secara rutin sebelum kejadian
dari kalangan atas, hal tersebut memunculkan kekhawatiran pendarahan terjadi. Terapi tersebut dapat memberikan kualitas
lain di kalangan orang tua,” kata Rajiv Lamba, CEO hidup yang lebih baik untuk para pasien,” ujar Prof. dr. Djajadiman
NeuroSensum & SurveySensum. Indah | Istimewa Gatot, Sp.A(K), Ketua Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia.
Indah | Istimewa
| 55