Page 73 - Binder MO 231
P. 73

Tradisi ini hampir serupa                        ebiasaan nenek moyang zaman dahulu adalah
                               dengan Karapan Sapi                           mengangkut hasil panen dari sawah ke rumah
                                                                             menggunakan pedati yang ditarik oleh sepasang kerbau.
                           yang ada di Madura, tapi                 K Dari sinilah sang kusir atau biasa disebut dengan sais dalam
                              bedanya mereka tidak                  bahasa Bali mulai memacu kerbaunya beriringan, lalu berubah menjadi
                                 menggunakan sapi.                  ajang balap kerbau menuju lokasi panen. Balapan yang dilakukan
                                                                    tersebut menginspirasi adanya tradisi perlombaan cikar, Makepung,
                                                                    salah satu kabupaten yang terletak di Bali Barat.
                                                                      Makepung atau balap kerbau di Jembrana merupakan balapan
                                                                    yang terdiri dari sepasang kerbau jantan yang masing-masing menarik
                                                                    satu pedati kecil tempat sais duduk mengendalikan kerbaunya. Tradisi
                                                                    ini hampir serupa dengan Karapan Sapi yang ada di Madura, hal
                                                                    yang membedakan adalah di Jembrana, Bali menggunakan kerbau.
                                                                    Perbedaan ini memiliki alasan karena sapi dianggap hewan suci yang
                                                                    merupakan kendaraan para dewa.


                                                                    ATRAKSI MAKEPUNG
                                                                    Tradisi ini berkembang sejak tahun 1930. Setiap sais menggunakan
                                                                    pakaian ala prajurit kerajaan di Bali zaman dulu, yaitu destar, selendang,
                                                                    selempod, celana panjang tanpa alas kaki, dan terselip sebilah pedang
                                                                    yang dilapisi sarung poleng (warna hitam putih) di pinggang. Tetapi kini
                                                                    sais hanya menggunakan kaus dan celana panjang beserta pengikat
                                                                    kepala. Selain itu, kerbau peserta juga dihias dengan mahkota yang
                                                                    dipasang di kepala serta bendera di masing-masing cikar.
                                                                      Atraksi makepung dilakukan di arena tanah datar berbentuk U
                                                                    sepanjang 1-2 km dan dibagi menjadi dua wilayah (blok), yaitu blok
                                                                    barat (hijau), dan blok timur (merah), berbeda dengan Karapan Sapi di
                                                                    Madura, yang menggunakan lapangan datar sebagai tempat melajunya.
                                                                    Olahraga yang dalam bahasa Indonesia berarti kejar-kejaran ini biasa
                                                                    dilakukan di Dlod Brawah, Mertasari Loloan Timur, Tegal Berkis Desa
                                                                    Banyubiru, Temuku Aya Desa Tegalcangkring dan Kaliakah. Pertandingan
                                                                    unik ini memang selalu menarik wisatawan yang ingin menyaksikan
                                                                    keseruannya. Biasanya para wisatawan menonton di pinggir arena laju
                                                                    Makepung sambil membidik foto-foto atraksi para peserta.

                                                                    MENENTUKAN PEMENANG DALAM PERTANDINGAN
                                                                    Makepung memiliki aturan yang unik, pemenang lomba bukan hanya
                                                                    ditentukan dari peserta yang pertama sampai garis finish, tetapi
                                                                    ditentukan juga jarak antar peserta yang bertanding. Peserta akan
                                                                    dianggap sebagai pemenang apabila ia mencapai posisi terdepan
                                                                    saat finish dan mampu menjaga jarak dengan peserta yang berada
                                                                    di belakangnya sejauh 10 meter. Namun, apabila peserta yang berada
                                                                    di belakang mampu memperpendek jarak kurang dari 10 meter dari
                                                                    peserta di depan, maka peserta di belakang itu pemenangnya.
                                                                      Tradisi penentuan pemenang yang berbeda dengan pertandingan
                                                                    balapan lainnya. Tidak heran jika pertandingan ini diminati tak hanya
                                                                    dari kalangan petani saja. Bahkan setiap tahun jumlahnya hampir
                                                                    mencapai 300 peserta.
                                                                      Makepung mencerminkan kerja keras dan keberanian, sifat yang
                                                                    harus dimiliki sais agar pedatinya dapat mencapai finish bersama
                                                                    kerbau yang telah dilatih untuk dapat berpacu seirama di arena. Inilah
                                                                    yang menjadi tolok ukur masyarakat Jembrana untuk terus menjaga
                                                                    dan melestarikan Makepung sebagai warisan Nusantara. ■



                                                                                                                            |  73
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78