Page 83 - Binder MO 216
P. 83
Pengunjung bisa menyaksikan
berbagai tari-tarian yang ditampilkan,
seperti Tari Baluse, Humba, Wangowai
Fame’e Afo, Tari Hiwo, dan Tari Seudati.
Tidak hanya menampilkan tarian
khas setempat, beberapa dari luar
daerah pun kerap dipertunjukkan.
Tidak hanya memperpanjang waktu
penyelenggaraan, berbagai kegiatan
menarik yang tidak biasanya ditampilkan
pun turut dihadirkan. Selain berbagai tari-
tarian tradisional, salah satu acara yang
tururt digelar adalah adalah pelatihan
menganyam bola nafo, atau wadah
untuk bahan makan sirih orang Nias yang
terbentuk dari anyaman kulit daun.
Menjadi bagian dari budaya
masyarakat setempat, benda yang satu
ini telah ada sejak ratusan tahun silam.
Terbuat dari daun sinasa, sejenis pandan
yang dikeringkan, wadah ini dianyam
sedemikian rupa dengan warna-warni
berbeda hingga menghasilan motif unik
nan cantik. Ada beberapa warna yang lambang kesuburan.
sering digunakan, yakni hijau, merah, Bola Nafo masih dibuat oleh
kuning, dan keunguan. Bola Nafo sendiri perempuan di setiap kampung di Nias—
berasal dari dua suku kata, yakni bola bahkan hampir setiap rumah tangga
berarti tempat atau wadah, dan nafo menggunakannya untuk kebutuhan
yang artinya lima ramuan. sendiri. Tidak hanya untuk dipakai
Bola Nafo yang masuk dalam warisan sebagai wadah keperluan pribadi,
kebudayaan takbenda ini umumnya mereka juga membuatnya untuk dijual
berisikan ari tawuö (daun sirih), betua sebagai buah tangan para wisatawan
(kapur), gambe (daun gambir), bago yang berkunjung. Meski hingga kini
(tembakau), dan fino (buah pinang). masih digunakan untuk menyimpan
Umumnya wadah ini dikalungkan pada rempah-rempah, kini alat tersebut
leher patung Ina Mbanua. Ina Mbanua juga dimanfaatkan sebagai tempat
adalah dewi yang dimuliakan oleh menyimpan perhiasan, seperti cincin,
masyarakat suku Nias sebagai kalung, uang, dan lain-lain. ■
| 83