Page 19 - Binder WO 125-002-Tahun ke-11
P. 19

secara privat, tanpa harus ke fasilitas kesehatan.
                                                                  Namun, meskipun pemahaman bahwa kanker
                                                                  serviks bisa dicegah lewat skrining rutin cukup
                                                                  tinggi, diakui oleh 92% responden, fakta di lapangan
                                                                  menunjukkan banyak perempuan tetap menunda ke
                                                                  dokter. Sebagian besar alasannya: takut, cemas, atau
                                                                  merasa tidak nyaman. Sebanyak 70% perempuan
                                                                  mengaku itu menjadi penghalang utama. Oleh
                                                                  karena itu, penting sekali menghadirkan metode
                                                                  skrining yang bukan hanya akurat, tapi juga empatik
                                                                  terhadap kebutuhan perempuan. Di sinilah peran
                                                                  inovasi medis terbaru hadir.
                                                                     Data dari Kementerian Kesehatan mencatat bahwa
                                                                  kanker serviks adalah kanker nomor dua terbanyak
                                                                  pada perempuan di Indonesia. Pada 2021 saja, lebih
                                                                  dari 36 ribu kasus baru tercatat, dan 95% di antaranya
                                                                  terkait langsung dengan infeksi HPV. Artinya, deteksi
                                                                  dini berperan sangat krusial. BD (Becton Dickinson),
                                                                  perusahaan teknologi medis global, bekerja sama dengan
                                                                  RS Kanker Dharmais dan Kementerian Kesehatan RI untuk
                                                                  menghadirkan terobosan: metode pengambilan sampel
                                                                  HPV-DNA secara mandiri. Perempuan kini bisa melakukan
                                                                  tes ini sendiri, baik di klinik maupun di rumah, tanpa perlu
                                                                  merasa canggung atau takut.
                                                                     Teknologi ini bukan hal baru secara global. Negara
                                                                  seperti Belanda, Swedia, dan Denmark sudah lebih
                                                                  dulu menerapkannya. Hasilnya pun menunjukkan
                                                                  angka partisipasi skrining yang meningkat, sekaligus
                                                                  penurunan kasus kanker serviks secara signifikan. Kini,
                  ingin memiliki pilihan skrining yang tidak membuat   Indonesia bersiap mengikuti jejak tersebut. Melalui kerja
                  stres, baik secara fisik maupun emosional.      sama ini, BD dan RSK Dharmais menargetkan skrining
                     “Masih banyak perempuan yang belum menyadari   pada 8000 perempuan di berbagai daerah di Indonesia.
                  seberapa besar risiko infeksi HPV, padahal deteksi dini   Sebagai bagian dari langkah besar menuju target
                  bisa mencegah kanker serviks berkembang lebih jauh,”   nasional eliminasi kanker serviks pada 2030, upaya ini
                  ujar dr. Raden Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo,   mempunyai dampak yang tidak bisa disepelekan.
                  Direktur Utama RSK Dharmais. Dengan kata lain,     Tes HPV-DNA mandiri yang diperkenalkan BD
                  kenyamanan menjadi faktor penting yang menentukan   bukan hanya nyaman, tapi juga canggih secara sistem.
                  apakah seseorang mau menjalani pemeriksaan atau   Teknologi ini bisa mendeteksi tipe HPV berisiko tinggi
                  tidak. Bahkan, 78% responden mengaku lebih memilih   bahkan sebelum gejala muncul. Proses analisisnya
                  melakukan swab sendiri di klinik, ketimbang diperiksa   pun otomatis, sehingga hasilnya keluar lebih cepat
                  dokter dengan alat spekulum.Selain terkait teknis,   dan akurat. Jika hasilnya positif, pasien langsung
                  hal ini berhubungan dengan tubuh dan ruang aman   ditindaklanjuti tim medis dari RSK Dharmais, agar
                  selama proses skrining. Selain itu, preferensi untuk   bisa segera mendapat penanganan. “Seluruh hal
                  melakukan tes sendiri di rumah pun muncul kuat.   ini dilakukan agar perempuan Indonesia semakin
                  Sebanyak 81% perempuan menyatakan akan lebih    mempunyai ruang untuk mengambil kendali atas
                  memilih metode tes mandiri yang bisa dilakukan   kesehatannya,” tutup dr Soeko.




 18   |                                                                                                                    |  19




                                                                                                                              26/05/25   17.22
       18-19 Body & Mind.indd   19
       18-19 Body & Mind.indd   19                                                                                            26/05/25   17.22
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24