Page 81 - Binder WO 082
P. 81
menopang tangan penari perempuan. Ini merupakan
simbol peran maupun kedudukan dalam kehidupan
sehari-hari. Sementara, alat yang digunakan sebagai
musik pengiring adalah alat musik pukul seperti
gendang dan gong yang terdiri dari dua macam
ukuran dengan jenis suara berbeda.
Selain alat musik yang tidak kalah penting adalah
busana yang digunakan ketika pertunjukan. Menjadi
pakaian adat tradisional khas Sulawesi Tenggara, baju
Babu Nggawi (untuk perempuan) dan Babu Kandiu
(laki-laki) umum digunakan sebagai busana tari Malulo.
Dengan atasan berbentuk baju kurung (babu nggawi),
tenun Tolaki akan digunakan para penari perempuan
dipadukan dengan tabere (ikat pinggang). Tabere
sendiri memiliki makna yang tercerai berai, namun
tetap satu tujuan. Sementara itu, penari laki-laki akan
mengenakan busana berbentuk baju lengan panjang
(babu kandiu) berpadu celana panjang dan Sawu
Ndolaki yang membalut bagian atas celana.
Serupa dengan musik yang ceria, warna busana
ini pun cenderung terang, seperti merah muda,
jingga, kuning, dan lain-lain. Untuk melengkapi
penampilan, penari perempuan akan mengenakan
sanggul, anting-anting, kalung, dan gelang berwarna
emas. Sedangkan, penari pria menggunakan pabela
(penutup berbentuk segitiga yang meruncing ke
bagian atas kepala).
Para penari akan mengikuti irama gong sambil
membentuk sebuah lingkaran sambil bergandengan
tangan. Terdapat tiga gerakan inti yang dimainkan,
pertama adalah moese, yakni gerakan tangan ke atas
dan bawah. Lalu molakoako, berupa gerakan ke kanan
dan kiri, serta nilulo-lulo (gerakan kaki menginjak-
injak). Ketika bergandengan tangan, posisi telapak
tangan penari laki-laki harus berada di bawah dan
80 | | 81